Selamat
Jalan Kepala Puskesmas !
Oleh : Afif
Natsir
Ruangan itu memang tidak terlalu luas, sehingga tidak
cukup menampung semua staf puskesmas yang siang itu hadir, sebagian terpaksa
berdiri di luar sambil sesekali mengintip dari balik pintu. Bahkan ada beberapa yg saling pangku
sementara yg lain uring-uringan mencari
tempat duduk yg strategis. Ada isak tangis yg sesekali terdengar dari balik
pidato singkat yang disampaikan oleh perempuan paruh baya yg tengah duduk di
bagian paling depan persis berhadapan dengan puluhan staf yg berjejer rapi
mendengar setiap untaian kata yg dilontarkan oleh pembicara di depan, sejenak
suasana terasa hening serasa berusaha memahami arti dari setiap kalimat yg
diucapkan, mencoba mengeja kembali setiap untaian kata, dan tak terasa
bulir-bulir air menetes dari balik kelopak mata yang seakan tak mampu menahan
derasnya kesedihan atau mungkin penyesalan, entahlah… yg pasti bahwa siang
itu semua larut dalam persaan, entah itu
perasaan sedih.., suka …atau malah kebahagiaan, hanya pribadi masing-masing yg
mampu memaknai arti dari sebuah kata
“perpisahan”.
“ saya
mungkin bukan type pemimpin yang pandai memanage bawahan, barangkali setelah
kepergianku nanti akan digantikan oleh sosok pemimpin yang jauh lebih baik dari
saya dan bisa membawa puskesmas tuppu ke arah yg lebih baik, saya hanya bisa
memohon maaf jika sekiranya selama pengabdian saya di tempat ini ada yg pernah
tersakiti atau merasa kurang adil atas kepemimpinan saya, melalui moment ini
saya ucapkan maaf yg sebesar-besarnya ‘”. Ucapnya sedikit tersendat disela-sela
isak tangis yg membuat kedua bola matanya mulai memerah.
Mataku mulai
lembab, ada titik air yg terasa ingin terjun dari balik sungai air mata yg
kemudian tertahan dibalik kelopak mataku yg mulai basah, namun segera
kusembunyikan dengan menundukkan wajahku sembari menghela nafas panjang.
Sementara isak tangis semakin jelas terdengar dan seakan membahana di dalam
ruangan sempit tempat dimana aku duduk.
“ Saya juga
ingin minta bantuan pada staf laki-laki untuk membantu saya beres-beres
sekalian angkat barang-barang saya jika sekiranya nanti saya harus
meningggalkan perumahan ini, dan saya harap bahwa dengan kepergian saya nanti
tidak mengurangi semangat kerja kalian, justru saya berharap bahwa dengan
kepindahan saya ada semangat baru untuk berbuat yang lebih baik lagi”.
Mataku
kembali berkaca-kaca, namun tidak sampai mengucurkan air mata, kulihat yang
lain bahkan terpaksa keluar memeras sapu tangan yg sejak tadi dipaksa menampung
derasnya air yang muncrat dari balik mata yang sembab akibat kelamaan menahan
tangis.
Sesaat setelah
beliau menutup pidatonya, beliau kemudian
mempersilahkan rekan2 yg ingin menyampaikan sesuatu, beberapa rekan
mulai angkat bicara sekedar curhat segala isi hati atau hanya sekadar basa-basi,
semuanya ambil bagian tak terkecuali dengan saya, moment itupun tak
kusia-siakan, segera saja aku berdiri hendak berbicara, spontan seluruh mata
tertuju ke arahku, aku seakan tak kuasa berdiri lama saat kulihat semua mata
merah menyala menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.. seakan ingin
menghakimi aku atau mungkin geram terhadapku, nyaris saja aku kembali duduk dan
mengurungkan niatku untuk berbicara jika saja nalarku tak segera menangkap arti
dari tatapan mata mereka yang tajam dan memerah, yach… kornea mereka meradang
akibat desakan air yang mangikis selaput bening dan membuat vasodilatasi
pembuluh darah sehingga tampak kemerahan bak kobaran api yang menyala di siang
bolong.
“ setiap
pertemuan pada akhirnya akan diakhiri dengan perpisahan “ ucapku mengawali
pembicaraan, “ dalam rentang waktu selama 10 tahun kebersamaan kita memang
telah banyak peristiwa yg telah kita ukir dan tanpa kita sadari bahwa ikatan
emosional antara kita telah terjalin sedemikian erat, itu kemudian yg tergambar
pada hari ini, saat ada isak tangis dan linangan air mata yg turut menyertai
ceremonial perpisahan kita kali ini. Meski tidak tampak ada lelehan air mata di
kedua mata saya,namun sebetulnya jauh dari lubuk hati ini merasakan kehilangan
yg mendalam saat mendengar Kepala puskemas akan
dipindahkan.” Sejenak suasana jadi berubah saat mendengar ucapanku, isak
tangis yg sejak tadi bergemuruh kini berganti dengan sura tawa lirih mendengar
celotehanku yg sepertinya terasa agak menggelitik.
“Tidak banyak
yg dapat kami berikan selain dari sebuah cindera mata yg jika dinilai dengan
materi tidaklah punya arti apa-apa, namun kami berharap bahwa cindera mata yg
kami berikan setidaknya mampu mengingatkan tentang keberadaan kami di sini, dan
melalui kesempatan ini pula kami ucapkan maaf jika sekiranya selama kebersamaan
kita ada secuil kesalahan yg membekaskan
sejumput kesal baik yg kami sadari maupun yg tak disadari, melalui kesempatan
ini kami moohn dimaafkan, dan sebagai penutup kami hanya mampu mengucapkan
selamat jalan dan semoga sukses di hari hari berikutnya…. “ ucapku mengakhiri
pembicaraan disertai anggukan kepala oleh seluruh yg hadir.
Pertemuan itu
cukup singkat, tidak seperti acara formal yg biasanya sarat dengan sepatah kata
dari beberapa pihak serta kesan pesan yg kadang menjenuhkan dan tak jarang
dibuat-buat. Entah mengapa saya justru menikmati acara dadakan yg terkesan
murni tanpa ada air mata buaya ataupun kata-kata mutiara yang penuh dengan
kamuflase. Semuanya berjalan seperti apa adanya tanpa ada persiapan dengan
seabreg pernak pernik dan hadiah mewah ataupun iringan music yg justru
membekaskan kesan gembira pada situasi yg jauh bertolak belakang dengan makna
perpisahan yang sesungguhnya. Yach… begitulah setiap pribadi memaknai sebuah
kata “ perpisahan “ tak selamanya perpisahan itu dimaknai dengan kesedihan,
linangan air mata, ataupun perasaan haru, tidak sedikit yg memaknai perpisahan
itu sebagai sebuah pesta kemenangan dengan gelak tawa riang atau bahkan ada
sebagian yg memaknai perpisahan sebagai sebuah penyesalan , aku hanya berharap
bahwa acara perpisahan kali ini adalah murni mencerminkan perasaan yg tulus
tanpa ada air mata buaya ataupun secuil dendam masa lalu yg tak
terbalaskan,…hanya ada satu kalimat yg mampu aku ucapkan..” Selamat Jalan
Kepala Puskesmas Tuppu….”
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...