Selamat membaca
Juni 2013
semoga bermanfaat

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN ( ASKEP ) DAN CERPEN GORESAN PENAKU

Cerpen Suatu malam di puskesmas tuppu


SUATU MALAM DI PUSKESMAS TUPPU
Oleh : Afif Natsir

    Malam yang dingin disertai rintik hujan membuat suasana malam itu semakin dicekam dalam kesunyian,  hawa dingin mulai menyeruak dari balik kisi-kisi jendela tempat dimana aq duduk. Malam Jumat kali ini serasa berbeda dengan minggu kemarin saat aku kembali piket di puskesmas. sudah menjadi rutinitas bagi setiap staf untuk piket setiap minggunya, dan itu merupakan bagian tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan
          Aq masih duduk dengan sebuah laptop yg tak pernah absen menemaniku dengan sebotol teh gelas dan sebungkus kwaci di sampingku. perlahan kutarik jaket dari dalam tas tuk mengusir hawa dingin yg seakan membuat pembuluh darahku kolaps. rintik hujan di luar sana membuat malam itu sepi dari aktifitas orang2 yg biasa lalu lalang di sekitar puskesmas. Hanya sesekali kilatan petir dan gemuruh  guntur yg menggelegar membuatku serasa terpental dari tempat duduk dan kadang membuatku  ingin berlari dari atas lantai 2  puskesmas tuppu.

         Hujan kian deras, sejenak kulihat jam dinding yg menggantung tepat di hadapanku, ooh… tak terasa sudah jam 11 malam, aq masih asyik berselancar di dunia maya bersama rekan2 lama semasa SPK dulu, sedetik kemudian terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat ke arahku, desiran angin yg dihembuskan hujan malam itu membuat pintu dibelakangku terkuak dan menimbulkan suara berisik  “ ..ngiii…..k…” spontan aq menoleh berharap seseorang akan muncul dari balik pintu, namun beberapa saat aku menunggu ternyata tak seorangpun yg kunjung menampakkan batang hidungnya, sementara suara langkah kaki itu tiba-tiba lenyap….! Bulu kudukku mulai merinding.. namun segera kutepis rasa takutku dengan minum teh gelas yg sejak tadi menunggu disampingku.

         Jam dinding berdetak, suara-suara binatang malam samar2 mulai terdengar saat rintik hujan mulai reda, sebagian telah tertidur lelap dalam buaian mimpi, aq masih sendiri duduk di atas lantai 2 puskesmas tuppu saat suara ketukan terdengar jelas menggedor pintu di belakangku                        “ tok…tok….tok…” kali ini sangat jelas..! sehingga dengan yakin aku berjalan ke arah pintu dan tanpa sungkan pintu aku buka “ …. Ngiiii…kkk “( bunyi suara pintu ) kepalaku melongok ke luar sambil mataku mencari ke sekeliling, namun tak kutemukan sesosok manusia atau seekor binatangpun di luar sana…..,!!! keringat dingin mulai membasahi keningku, ingin sekali aku ngompol saat itu juga andai aq mampu, namun air seniku serasa tertahan bersamaan kering kerongkongan yang membuat lidahku kelu. lama aq terdiam di ambang pintu dengan tangan gemetar hingga tak sadar teh  gelas dalam genggamanku terjatuh dan membasahi celana jeansku.

         Aq masih termangu di ambang pintu ketika sesaat kemudian aroma harum bunga mulai menyeruak dan memenuhi ruangan tempat dimana aq berdiri, aroma itu kian lama kian menusuk dan seakan telah menghipnotis jiwaku untuk tetap tinggal dan merasakan wangi bunga yg tak pernah aku rasakan sebelumnya. Asing…. Yah… aq benar-benar berada dalam dunia asing yg tak pernah kujamah sebelumnya. Tatapanku tiba-tiba kosong… kurasakan pijakan kakiku mulai gontai dan perlahan tertekuk hingga tak terasa kepalaku sudah terjerembab ke bawah lantai “ Bdebuuk..graaa,..kk..” aq terjatuh dan tak tahu apa yg terjadi selanjutnya…..


                                                                                                          ©Afif-Apr;Jumat Kliwon 2013

Cerpen Selamat Jalan Kepala Puskesmas


Selamat Jalan Kepala Puskesmas !
Oleh : Afif Natsir

Ruangan itu memang tidak terlalu luas, sehingga tidak cukup menampung semua staf puskesmas yang siang itu hadir, sebagian terpaksa berdiri di luar sambil sesekali mengintip dari balik pintu. Bahkan ada beberapa yg saling pangku sementara yg lain uring-uringan  mencari tempat duduk yg strategis. Ada isak tangis yg sesekali terdengar dari balik pidato singkat yang disampaikan oleh perempuan paruh baya yg tengah duduk di bagian paling depan persis berhadapan dengan puluhan staf yg berjejer rapi mendengar setiap untaian kata yg dilontarkan oleh pembicara di depan, sejenak suasana terasa hening serasa berusaha memahami arti dari setiap kalimat yg diucapkan, mencoba mengeja kembali setiap untaian kata, dan tak terasa bulir-bulir air menetes dari balik kelopak mata yang seakan tak mampu menahan derasnya kesedihan atau mungkin penyesalan, entahlah… yg pasti bahwa siang itu  semua larut dalam persaan, entah itu perasaan sedih.., suka …atau malah kebahagiaan, hanya pribadi masing-masing yg mampu memaknai arti dari  sebuah kata “perpisahan”.
“ saya mungkin bukan type pemimpin yang pandai memanage bawahan, barangkali setelah kepergianku nanti akan digantikan oleh sosok pemimpin yang jauh lebih baik dari saya dan bisa membawa puskesmas tuppu ke arah yg lebih baik, saya hanya bisa memohon maaf jika sekiranya selama pengabdian saya di tempat ini ada yg pernah tersakiti atau merasa kurang adil atas kepemimpinan saya, melalui moment ini saya ucapkan maaf yg sebesar-besarnya ‘”. Ucapnya sedikit tersendat disela-sela isak tangis yg membuat kedua bola matanya mulai memerah.
Mataku mulai lembab, ada titik air yg terasa ingin terjun dari balik sungai air mata yg kemudian tertahan dibalik kelopak mataku yg mulai basah, namun segera kusembunyikan dengan menundukkan wajahku sembari menghela nafas panjang. Sementara isak tangis semakin jelas terdengar dan seakan membahana di dalam ruangan sempit tempat dimana aku duduk.
“ Saya juga ingin minta bantuan pada staf laki-laki untuk membantu saya beres-beres sekalian angkat barang-barang saya jika sekiranya nanti saya harus meningggalkan perumahan ini, dan saya harap bahwa dengan kepergian saya nanti tidak mengurangi semangat kerja kalian, justru saya berharap bahwa dengan kepindahan saya ada semangat baru untuk berbuat yang lebih baik lagi”.
Mataku kembali berkaca-kaca, namun tidak sampai mengucurkan air mata, kulihat yang lain bahkan terpaksa keluar memeras sapu tangan yg sejak tadi dipaksa menampung derasnya air yang muncrat dari balik mata yang sembab akibat kelamaan menahan tangis. 
Sesaat setelah beliau menutup pidatonya, beliau kemudian  mempersilahkan rekan2 yg ingin menyampaikan sesuatu, beberapa rekan mulai angkat bicara sekedar curhat segala isi hati atau hanya sekadar basa-basi, semuanya ambil bagian tak terkecuali dengan saya, moment itupun tak kusia-siakan, segera saja aku berdiri hendak berbicara, spontan seluruh mata tertuju ke arahku, aku seakan tak kuasa berdiri lama saat kulihat semua mata merah menyala menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.. seakan ingin menghakimi aku atau mungkin geram terhadapku, nyaris saja aku kembali duduk dan mengurungkan niatku untuk berbicara jika saja nalarku tak segera menangkap arti dari tatapan mata mereka yang tajam dan memerah, yach… kornea mereka meradang akibat desakan air yang mangikis selaput bening dan membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga tampak kemerahan bak kobaran api yang menyala di siang bolong.
“ setiap pertemuan pada akhirnya akan diakhiri dengan perpisahan “ ucapku mengawali pembicaraan, “ dalam rentang waktu selama 10 tahun kebersamaan kita memang telah banyak peristiwa yg telah kita ukir dan tanpa kita sadari bahwa ikatan emosional antara kita telah terjalin sedemikian erat, itu kemudian yg tergambar pada hari ini, saat ada isak tangis dan linangan air mata yg turut menyertai ceremonial perpisahan kita kali ini. Meski tidak tampak ada lelehan air mata di kedua mata saya,namun sebetulnya jauh dari lubuk hati ini merasakan kehilangan yg mendalam saat mendengar Kepala puskemas akan  dipindahkan.” Sejenak suasana jadi berubah saat mendengar ucapanku, isak tangis yg sejak tadi bergemuruh kini berganti dengan sura tawa lirih mendengar celotehanku yg sepertinya terasa agak menggelitik.
“Tidak banyak yg dapat kami berikan selain dari sebuah cindera mata yg jika dinilai dengan materi tidaklah punya arti apa-apa, namun kami berharap bahwa cindera mata yg kami berikan setidaknya mampu mengingatkan tentang keberadaan kami di sini, dan melalui kesempatan ini pula kami ucapkan maaf jika sekiranya selama kebersamaan kita ada  secuil kesalahan yg membekaskan sejumput kesal baik yg kami sadari maupun yg tak disadari, melalui kesempatan ini kami moohn dimaafkan, dan sebagai penutup kami hanya mampu mengucapkan selamat jalan dan semoga sukses di hari hari berikutnya…. “ ucapku mengakhiri pembicaraan disertai anggukan kepala oleh seluruh yg hadir.
Pertemuan itu cukup singkat, tidak seperti acara formal yg biasanya sarat dengan sepatah kata dari beberapa pihak serta kesan pesan yg kadang menjenuhkan dan tak jarang dibuat-buat. Entah mengapa saya justru menikmati acara dadakan yg terkesan murni tanpa ada air mata buaya ataupun kata-kata mutiara yang penuh dengan kamuflase. Semuanya berjalan seperti apa adanya tanpa ada persiapan dengan seabreg pernak pernik dan hadiah mewah ataupun iringan music yg justru membekaskan kesan gembira pada situasi yg jauh bertolak belakang dengan makna perpisahan yang sesungguhnya. Yach… begitulah setiap pribadi memaknai sebuah kata “ perpisahan “ tak selamanya perpisahan itu dimaknai dengan kesedihan, linangan air mata, ataupun perasaan haru, tidak sedikit yg memaknai perpisahan itu sebagai sebuah pesta kemenangan dengan gelak tawa riang atau bahkan ada sebagian yg memaknai perpisahan sebagai sebuah penyesalan , aku hanya berharap bahwa acara perpisahan kali ini adalah murni mencerminkan perasaan yg tulus tanpa ada air mata buaya ataupun secuil dendam masa lalu yg tak terbalaskan,…hanya ada satu kalimat yg mampu aku ucapkan..” Selamat Jalan Kepala Puskesmas Tuppu….”

Puisiq Selepas Kau Pergi


Selepas Kau Pergi
Karya : Afif Natsir



Di sini aku sendiri..
Di sudut ruang yang sempit
Di bawah temaram lampu neon menembus kaca jendela
Saat lelap membawa mimpi merajut cita

Kucoba memahami arti perpisahan….
Kutemukan jawabnya pada kumbang yang terbang menjauh dari bunga setelah menghisap madunya
Dan ketika kucoba tuk melupakanmu…
Aku hanya menemukan luka yang kian memerah

Salahkah aku karena telah mengenalmu..?
Atukah sang waktu yang keliru mempertemukan aku dengannya..?
Hingga kini kuterkapar dengan luka bak diiris sembilu
Ntah kapan  luka ini akan pulih

Puisiq Kau Segalanya


KAU SEGALANYA
Karya : Afif Natsir

Bersamamu…
Seakan aku tak membutuhkan yang lain
Tanpamu….
Serasa yang lain tak berarti bagiku

Menatapmu…
Membuat mataku seakan tak ingin lepas dari tatapan
Ingatanku…..
Tak pernah luput dari namamu

Kau telah memenuhi ruang khalbuku
Mengisi setiap relung jiwaku
Melekat erat dalam memoryku
Hingga sukar bagiku untuk melupakanmu

Izinkan aku mengukir namamu dalam diary hidupku
Sebagai pengobat rindu saat kau tiada
Biarkan aku melukis wajahmu dalam kanvas hatiku
Agar kutemukan bayangmu saat engkau menjauh dariku

Popular post

Template Oleh trikmudahseo