ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER
A. Pengertian
Herpes Zoster adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
B. Etiologi
Reaktivasi virus varisela zoster
C. Patofisiologi
Virus ini berdiam di ganglion
posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kranalis kelainan kulit yang timbul
memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut.
Kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranalis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
D. Tanda dan Gejala
Daerah yang paling sering terkena
adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama.
Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit terhadap
gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing, malaise maupun lokal
seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema
yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung
darah yang disebut herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder
sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Massa tunasnya 7-12 hari. Massa
aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kurang
lebih 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran
kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan
bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi
jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini
lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada
muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus
fasialis dan otikus.
Herpes zoster oftalmikus disebabkan
oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus. Sehingga menimbulkan
kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan
kelainan kulit pada daerah persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh
gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda
paralisis otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat
persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan
gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug
dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema.
Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan
segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel
yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri
yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai
beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal
ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan Tzanck
dapat ditemukan sel datia berinti banyak
F. Komplikasi
Pada usia lanjut lebih dari 40 tahun
kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetik.
G. Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat
simtonatik, untuk nyerinya diberikan analgetik, jika disertai infeksi sekunder
diberikan antibiotik.
Pada herpes zoster oftalmikus
mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau imunostimulator.
Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita dengan defisiensi imunitas.
Indikasi pemberian kortikosteroid
ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah
terjadinya parasialis. Terapi seirng digabungkan dengan obat antiviral untuk
mencegah fibrosis ganglion.
Pengobatan topical bergantung pada
stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif
untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder bila erosit
diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep
antibiotik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Data Subyektif
- Demam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal dan pegal, hipenestesi.
- Data Obyektif
- Eritema, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah, dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan aleus dengan penyembuhan berupa sikatrik.
- Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar lympe regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermafonal sesuai dengan tempat persyarafan.
- Paralitas otot muka
- Data Penunjang
- Pemeriksaan percobaan Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak.
B. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman nyeri s.d infeksi virus
- Gangguan integritas kulit s.d vesikel yang mudah pecah
- Cemas s.d adanya lesi pada wajah
- Potensial terjadi penyebaran penyakit s.d infeksi virus
C. Rencana
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
Keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana Keperawatan
|
||
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri s.d
infeksi virus, ditandai dengan :
DS : pusing, nyeri otot, tulang,
pegal
DO: erupsi kulit berupa papul
eritema, vseikel, pustula, krusta
|
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi setelah
tindakan keperawatan
Kriteria hsil :
Rasa nyeri berkurang/hilang
Klien bias istirahat dengan cukup
Ekspresi wajah tenang
|
|
2.
|
Gangguan integritas kulit s.d
vesikel yang mudah pecah, ditandai dengan :
DS : -
DO: kulit eritem vesikel, krusta
pustula
|
Tujuan :
Integritas kulit tubuh kembali
dalam waktu 7-10 hari
Kriteria hasil :
Tidak ada lesi baru
Lesi lama mengalami involusi
|
|
3.
|
Cemas s.d adanya lesi pada wajah,
ditandai dengan :
DS : klien menyatakan takut
wajahnya cacat
DO : tampak khawatir lesi pada
wajah
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan cemas akan hilang/berkurang
Kriteria hasil :
Pasien merasa yakin penyakitnya
akan sembuh sempurna
Lesi tidak ada infeksi sekunder
|
|
4.
|
Potensial terjadi penyebaran
penyakit s.d infeksi virus
|
Tujuan :
Setelah perawatan tidak terjadi
penyebaran penyakit
|
|